Temaku di Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany

Temaku di Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany
Calon Walikota Tangerang Selatan Arahan Golkar Airin Rachmi Diany

Selasa, 28 Desember 2010

Isu Selingkuhi Calon Kapolri Membuat Nurul Arifin Murka: Mayong Mayong Suryo Laksono


KOMJEN NANAN SUKARNA DIISUKAN SELINGKUHI NURUL ARIFIN


(LAPORAN FEMME, Edisi 025. Th I. 26 Mei-08 Juni 2010)

Komjen Nanan Sukarna yang saat ini menjabat sebagai Inspektorat Pengawasan Umum (Irwasum) Mabes Polri diisukan selingkuhi politisi partai Golkar Nurul Arifin.

Seiring dengan makin disorotnya institusi kepolisian, tiba-tiba saja merebak isu salah satu petinggi polri sedang dekat dengan politisi dari kalangan selebriti, NURUL ARIFIN. Tak tanggung-tanggung, nama Komjen NANAN SUKARNA, yang saat ini menempati jabatan Inspekrorat Pengawasan Umum (Irwasum) Mabes Polri sejak januari 2010, dikhabarkan sedang menjalin hubungan asmara dengan istri Mayong Suryo Laksono.

Berdasarkan info yang didapat Femme, awal perkenalan antara Nurul Arifin dengan Nanan terjalin saat Nurul terpilih menjadi calon legislatif (Caleg) untuk daerah pemilihan (Dapil) Jawa Barat VII, namun saat itu Nanan belum menempati jabatan sebagai Irwasum.”Awal perkenalan Nanan dan Nurul, saat Nurul menjadi caleg Dapil Jabar.Saat itu Nanan belum pegang posisi yang sekarang, “ungkap sumber sambil menambahkan jika hubungan itu berlanjut sampai sekarang”.
Lebih lanjut sumber tadi mengatakan, jika isu yang berkembang ini sudah menjadi rahasia umumdi beberapa kalangan, bahkan Indonesian Police Watch sudah mencium khabar hubungan antara Nanan dan Nurul.”Isu ini sudah diketahui merupakan A1 yaitu sumber yang dipercaya akurasinya. Bahkan Indonesian Police Watch pun sudah mencium isu ini, “jelasnya.

Namun ketika hal ini dikonfirmasi ke Nanan yang dihubungi melalui SMS dan telepon, petinggi Polri ini tidak memberikan klarifikasi secara tegas terhadap info tersebut. Bahkan ketika Femme menemuinya di Pasific Place, Nanan yang saat itu mengenakan kaos Perbakin dan topi merah, justru bicara panjang lebar mengenai arti keluarga dalam hidupnya.

Namun ketika disinggung mengenai hubungannya dengan Nurul Arifin dalam obrolan itu, mimik wajah Nanan berubah jadi tegang dan serius. Kata-kata lugas nan santai sebelumnya berubah tegang dan Nanan Sukarna-pun menjadi terlihat kikuk.”Saya tak mau komentar tentang itu ujar Nanan kepada Femme”. Waduh…pak…, pantas saja banyak pihak yang memplesetkan nama anda NENEN SUKANYA.

Pendapat Nurul Arifin Dikutip Presiden SBY 2010


UU Ormas Atur Pembekuan
Pemerintah saja yang tak menjalankan fungsi untuk membekukan ormas itu.


Selasa, 31 Agustus 2010, 13:39 WIB


Arfi Bambani Amri, Anggi Kusumadewi

VIVAnews - Anggota Komisi II DPR Nurul Arifin berpendapat pembubaran organisasi kemasyarakatan (ormas) yang anarki bukanlah solusi efektif. "Percuma kalau dibubarkan. Mereka tinggal ganti nama, dan itu bisa jadi backfire (blunder) ke depannya," kata Nurul di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.

"Bisa saja FPI berubah nama menjadi Garda Pembela Islam atau Garda Pembela Indonesia," ujar legislator Golkar tersebut, Selasa 31 Agustus 2010. Menurutnya, ketegasan sikap pemerintah dan pengelolaan ormas akan lebih efektif untuk mengendalikan sejumlah ormas yang selama ini terbiasa bertindak di luar koridor hukum.

Nurul juga membantah apabila UU No. 8 Tahun 1985 tentang Ormas disebut sudah tidak relevan lagi. "Undang-undang itu masih sangat relevan dan komprehensif," ujar Nurul. Pasalnya, kata Nurul, UU tersebut ternyata telah mencantumkan pasal tentang sanksi terhadap ormas anarki, termasuk sanksi berupa pembekuan apabila ormas terkait mengabaikan teguran pemerintah.

"Awalnya, ormas terkait akan diberi teguran apabila melanggar hukum. Teguran diberikan sampai tiga kali. Apabila mereka mengabaikan teguran pertama, kedua, dan ketiga itu, maka selanjutnya mereka dapat dibekukan," kata Nurul yang mengaku telah mempelajari seluruh pasal yang ada di dalam UU Ormas.

"Jadi, mengubah Undang-undang bukan sebuah hal yang mendesak. Penegakan hukumlah yang lebih urgen," ujar Nurul.


Bagaimanapun, ia mengaku UU Ormas memang perlu direvisi, khusus untuk beberapa pasal terkait larangan ajaran komunisme dan marxisme. "Pasal itu tidak diperlukan lagi. Masyarakat sudah tahu mana yang boleh atau tidak terkait hal itu," tuturnya.

Bilapun masyarakat meminta pembubaran atau pembekuan ormas tertentu, ujar Nurul, maka yang berwenang untuk melakukannya adalah Kementerian Dalam Negeri, bukan kepolisian.

Kemarin, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto mendesak DPR merevisi UU Ormas. Menurut Djoko, sanksi yang diatur UU Ormas itu tak cukup memadai menjerat ormas-ormas yang melakukan tindakan kekerasan. (adi)

• VIVAnews

Sekretaris Komisi 2 DPR RI: Nurul Arifin Tak Suka Presiden SBY Terlibat Century Gate


Awal Yang Baik Pemerintahan SBY Yang Kedua, Terlibat Skandal Century ? : Nurul Arifin

Presiden SBY sudah menegaskan tak akan mencampuri urusan Bank Century, sebab itu wilayah Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Bank Indonesia. Apakah ini indikasi bahwa sebenarnya SBY mengetahui soal pengucuran dana Rp 6,7 triliun sebagai ‘penyelamatan’ bank bodong itu?Konfirmasi langsung dari Mensesneg yang menyatakan bahwa Presiden SBY menerima laporan dari Menkeu soal Bank Century pada 13 November 2008, di tengah kehadiran presiden dalam pertemuan G-20 di Washington, AS. Pertanyaan publik: Apakah SBY tahu soal Bank Century dan memberikan perintah untuk menyuntik dana itu?Kalaupun SBY mengizinkan dan memberi perintah atas hal ini, sebenarnya patut dipahami karena beberapa alasan.

Pertama, para deposan besar yang digosipkan di komunitas perbankan adalah Sampoerna dan Hartati Murdaya. Sumber internal yang tidak dapat dikonfirmasi menyatakan bahwa Sampoerna punya penempatan per November 2008 sekitar Rp 1.895 miliar, sedangkan Hartati punya hanya sekitar Rp 321 miliar.Seperti diketahui keduanya adalah penyumbang logistik SBY dalam Pemilu 2009. Sampoerna sejak beberapa tahun lalu mendanai penerbitan salah satu koran nasional yang menjadi corong SBY, sedangkan Hartati merupakan host tetap acara-acara besar SBY di Kemayoran. Amat wajar bila sumbangan mereka tidak hanya sebatas hal tersebut di atas, apalagi pada saat itu waktu menjelang pileg 2009.

Kedua, dengan peran PPATK dan aturan soal pencucian uang yang semakin ketat, maka cara paling mudah untuk ‘mengesahkan’ sumbangan demi kepentingan pemilu bagi SBY adalah dengan skema Bank Century ini. Dengan suntikan dana dari LPS, maka deposan besar dapat menarik uangnya dari Bank Century.Dengan sedikit cara pencucian dapat diatur agar seolah-olah memang ada placement besar di masa lalu oleh para deposan besar ini di Bank Century, lalu ditarik oleh mereka dan disalurkan sebagai dana pemilu. Praktek yang berbeda tapi dalam skema ketrampilan yang mirip adalah cessie Bank Bali pada masa lalu, ketika kekuasaan menarikkan deposito (atau tagihan) mendapatkan fee yang waktu itu akan digunakan Golkar oleh Akbar Tandjung.

Jadi apakah SBY mengetahui dari awal soal Bank Century ini?Jika kita membaca tulisan di atas, nampak ada indikasi kuat SBY juga mengetahui, bahkan ‘mungkin’ menyetujui bail-out Bank Century. Tidak mungkin Menteri Keuangan, walaupun didukung Bank Indonesia, berani membuat kebijakan seperti itu tanpa persetujuan presiden. Apalagi, kemungkinan besar Wapres Jusuf Kalla tidak setuju. Tentu, dalam teori bargaining power, Sri Mulyani mau berhadapan dengan wapres karena dia telah didukung oleh presiden.

Tulisan Dwiki Setiyawan: Nurul Arifin Srikandi Golkar Kebanggaanku

Golkar Maju dan Golkar Jaya, 2014 Kembali insya Allah Jadi Pemenang!

8 April 2010 oleh Dwiki Setiyawan

Foto Nurul Arifin (Koleksi Dwiki)

Nurul Arifin menjadi salah seorang bintang dalam Sidang Paripurna DPR tentang hasil Angket Kasus Century diwarnai hujan interupsi dari para peserta sidang. Ia adalah Srikandi Golkar yang dengan keras meminta DPR segera mengambil keputusan dan tetap fokus pada substansi masalah.

Demikian penilaian harian Suara Karya pada 10 Maret 2010 lalu. Tidak lupa pula harian tersebut mengutip untaian kata tegas khas Nurul Arifin, “Suara rakyat suara Golkar. Jadi, agar tidak bertele-tele kami mendesak sidang segera ambil keputusan. Dan, sikap Golkar jelas dan tegas,” kata perempuan cantik alumni pasca sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia itu.

Sepanjang yang saya tahu, memang begitulah gaya Nurul Arifin. Dalam sidang-sidang di DPR, pembawaannya cukup serius. Apabila pembaca berbincang soal politik, jangan sekali-sekali beragumentasi dengannya bila tidak menguasai substansi masalah. Pengagum artis Holywood Meryl Streep ini nampaknya seorang pembelajar politik yang kian matang.

Coba kini lihatlah beberapa Gaya Srikandi Partai Golkar Nurul Arifin dalam beberapa rangkaian dokumentasi foto. Hasil jepretan saya sendiri dalam beberapa kesempatan.

Senin, 27 Desember 2010

Kalah di MK Diduga Kualitas Ilmu Hukum Airin Rachmi Diany Kurang : Nurul Arifin


Kalah di MK Diduga Kualitas Ilmu Hukum Airin Rachmi Diany Kurang : Nurul Arifin
"Meskipun dari segi ilmu ada perampasan hak konstitusional DPR, tapi untuk pengembangan hukum dan keselamatan hukum ke depan, kita ambil wewenang itu, untuk menyelamatkan dunia hukum," pungkasnya. (sumber: Nurul Arifin)

Rabu, 04 Agustus 2010

Kita Sesungguhnya Belum Merdeka!: Temanku Marissa Haque & Ikang Fawzi dalam Tangsel 2010


Teror Politik, Kampanye Hitam ala Rau-Banten

Walau sangat kesal dan merasa tidak nyaman setelah pulang dari penjaringan untuk Pilkada/Pemilukada Tangsel (Tangerang Selatan) ini, alhamdulillah saya masih merasa dapat tersenyum manis, sembari merebahkan kepalaku yang agak migrain ini ke dada bidang Ikang Fawzi suamiku tercinta.

Kita Sesungguhnya Belum Merdeka!

marissa-haque-dan-achmad-suwandhi-di-tangsel-2010-pemilukada

PDIP memang telah menjadi masa laluku. Rumah partai merah yang hanya ingin kuingat hal-hal yang terbaik saja didalam perjalanan kepartaian. Tidak ingin menyimpan kenangan buruknya terkait dengan perjalanan keputusanku kemarin dulu didalam “tak ingin mendukung jadi Gubernur Banten yang diduga koruptor berijazah aspal.” Dikarenaka seluruh alat bukti yang telah ada ditanganku hasil investigasi data primer, dimana dan telah diberikan copy-nya kepada seluruh elit DPP di partai lamaku itu. Termasuk dugaan niat ‘tidak elok’ dari pemimpin partai di Propinsi Banten yang mengesahkan ‘pencurian’ tertentu hak milik rakyat dengan alas an demi membesarkan partai dan memenangkan elit tertinggi partyai lamaku menjadi pemimpin nomor satu Indonesia.

Allahu Akbar! Rupanya pada tahun 2010 belakangan ini, segala upaya menjujurkan keadilan serta membingkai politik dengan hukum yang selama ini kupercaya masih punya tempat dan masih terus sedang diperjuangankan, kelihatannya masih menguji ‘nyali kesabaranku’ lagi.

Nah, salah satu hal krusial-menjengkelkan terkait masalah yang akan saya ceritakan ini adalah ketika mala mini saya mendapatkan beberapa kali dering dan missed-calls mengganggu di HP-ku. Saat dimana saya dan suami tengah beristirahat sambil membaca di perpustakaan salah seorang sahabat diperumahan Bintaro Jaya. Telepon tersebut berasal dari harian lokal Tangerang Selatan bernama Tangerang Ekspres. Sebuah perusahaan harian dari grup Radar Banten/JPNN (Jawa Pos News network). Sang penelpon mengaku bernama Saadatuddaraen dengan nama inisial dalam tulisan sms dia sebagai aendengan nomor HP: 021-93941539. Saya menduga dia dikirim oleh salah satu kandidat yang sudah ‘ge-er’ merasa pasti menang menjadi Walikota Tangerang Selatan. Diduga karena melalui kakak iparnya yang menjadi Gubernur, dirinya merasa mampu: (1) menguasai birokrat local; (2) bertindak selama ini seakan menjadi Ibu Ketua PKK Tangerang Selatan padahal namanya tidak ada satupun dalam struktur birokrasi pemerintahan daerah; (3) di Partai asli diapun ‘hanya’ sebagai yunior pendatang baru; (4) kemampuan berorganisasi yang masih mentah; serta (5) kemampuan verbal yang tidak mumpuni!

Diduga, dengan kehadiran saya pada Rakercab PDIP bersama runningmate Pemilukada Tangsel 2010 Bapak H. Achmad Suwandhi, membuat yang bersangkutan diatas panik total sehingga mengharusnya diri dan timnya mengubah strategi! Diduga lebih lanjut, bahwa yang bersangkutan melakukan upaya lagu lama basi berupa kampanye hitam/black campaign melalui media cetak lokal yang telah mampu disetir dengan ‘investasi’ pemasangan iklan politik rutin dalam jangka panjang. Dimana belakangan ini disinyalir yang bersangkutan diduga menggunakan dana ‘haram’ APBD. Baru-baru ini dimedia lokal mencuat isu defisit anggaran pemerintah daerah Tangsel sebesar kurang lebih Rp 14 Milyar lebih digunakan bagi mendanai kampanye terselubung dirinya untuk menjadi Walikota Tangsel!

Terimakasih Banyak Pak Achmad Suwandhi

Saya patut merasa bersyukur serta terimakasih tak terhingg kepada Bapak Achmad Suwandhi atas kehadirannya memenuhi permintaan kader setia PDIP yang meminta kami berdua hadir pada Rakercab tersebut. Saya meyakini bahwa beliau tidak suka berkonflik, serta kurang nyaman dengan suasana riuh-rendah perpolitikan yang kontra produktif seperti itu. Sementara disisi lain, sayapun hari ini telah menjadi kader PPP yang sesuai hati nurani dan mengikuti khitah Ka’bah partai Islam satu-satunya yang masih eksis di Indonesia. Sehingga kehadiran saya dan Pak Wandi di PDIP tadi siang adalah sekedar bernostalgia serta memenuhi keinginan ratusan kader PDIP yang yang sampai sekarang sejak dulu merupakan rakyat militant pendukung setiaku.

Karenanya, kehadiran serta keikhlasan Pak Wandi atau Pak AS terkait dengan upaya hadir bersama PDIP dalam Rakercab tersebut, saya dan Ikang Fawzi suamiku, kedua anakku, beserta seluruh keluarga besar perjuangan menghaturkan banyak terimakasih.

Tak Berharap Banyak pada PDIP

Benar-benar kami tim ASMARA Centre tidak berharap banyak pada DPC PDIP untuk mengusung pasangan kami. Karena kami sadar, sekaligus kami sangat faham bahwa ‘investasi’ politik kandidat tertentu yang sudah merasa diatas angin sejak setahun lalu sosialisasi—dengan dugaan memakai dana APBD/tidak sah—sudah merasa pasti menang dan merasa pasti dapat dukungan PDIP.

Sekali lagi melalui tulisan sederhanan ungkapan hati ini, dimana saya yakini terus diikuti oleh banyak orang termasuk kelompok jurnalis tertentu ditempat tertentu timses salah satu kandidat yang saya maksudkan diatas, agar faham. Bahwa tim ASMARA Centre tidak berambisi mengambil PDIP sebagai partai pengusung.

Namun jangan salahkan kami bilamana masih banyak kader, simpatisan bahkan mereka yang punya posisi tertentu di PDIP yang diam-diam masih setia pada hati nurani, kebenaran, serta masih mau dan mampu menjujurkan keadilan serta membingkai politik dengan hukum! Serta tidak sudi membeli yang diduga kucing garong dalam karung yang berniat menjadi kepala daerah dengan dugaan nawaitu sebagai juragan proyek untuk kesejahteraan diri sendiri serta keluarga/kelompoknya. Dimana rakyat hanya jadi pelengkap penderita. Ibarat mendorong mobil mogok, ketika mesin mobil sudah hidup yang mendorong ditinggal dibelakang dengan lambaian serta senyum manis yang membuat semuanya terkesima ‘bengong’!

Innalilahi wa inna ilahi rojiuuun… semoga rakyat Tangerang selatan lebih cerdas dari wilayah lainnya diseluruh Banten.

Kita sesungguhnya BELUM MERDEKA!

Sumber:http://marissahaque.blogdetik.com/wp-admin/post.php?action=edit&post=1008&_wp_original_http_referer=http%3A%2F%2Fmarissahaque.blogdetik.com%2Fwp-admin%2Fedit.php&message=1

Senin, 19 Juli 2010

Ujian Kesabaran Generasi Muda Politik Indonesia : Ikang Fawzi Temanku

Tulisan mas Ikang Fawzi bagus!

Fwd> Kepedulian Ikang Fawzi terhadap Lingkungan Hidup Membuahkan Duta LIPI 2010

Sabtu, 03 Juli 2010

Membaca tulisan Pramono Anung Wibisono dari PDIP di Kompas, Jumat pada 18 Juni 2010 lalu menarik. Menarik karena terasa juga bahwa yang bersangkutan bukan sekedar tengah membahas masalah Anas Urbaningrum yang telah memenangkan dengan elegan posisi Ketum partai Demokrat, namun ‘aura’ yang tertangkap kasat telinga seakan Anung tengah berbicara kepada dirinya serta sanga ‘ibu’ dipartainya sendiri.

Pertarungan, pertaruhan politik generasi muda Indonesia sejak 2010 ini, serta bagaimana sebuah kepercayaan wajib di-redesign serta dipoles kembali termasuk didalamnya menutup beberapa loop holes kelemahan yang dianggap embedded pada generasi muda politik di Indonesia sejauh ini. Saya pribadi setuju kepada pendapat Anung, bahwa masalah kepercayaan yang telah berhasil diambil tersebut bilaman didalam masa kurun 4 tahun kedepan mampu di-maintain dengan seksama membuat kesempatan Urbaningrum menjadi Presiden termuda RI kedua setelah Soekarno menjadi sebuah keniscayaan. Dan pertarungan antar generasi muda politik Indonesia yang kini masih terasa sedikit sengit akan mencair dan bahkan menimbulkan sebuah hubungan strategi Blue Ocean membuat generasi senior yang hadir dipanggung politik Indonesia menjadi tidak relevan. Bahkan generasi senior tersebut wajib menjadi role model alias soko guru yang digugu serta ditiru bagi lini generasi setelahnya yang insya Allah sebentar lagi semakin bijak dan matang.

Indonesia perlu penyegaran pemikiran serta langkah strategik yang positif demi merebut kepercayaan publik. Agar posisi Indonesia sebagai sebuah negara berkembang dapat mempercepat kenaikan jenjangnya didalam menjawab tantangan zaman. Bersama Partai Amanat Nasional (PAN), saya Ahmad Zulfikar Fawzi (Ikang Fawzi) insya Allah akan bersama teman-teman politisi muda lainnya menjemput kemandirin NKRI yang lebih berkelanjutan.